Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan dukungan penuh terhadap program ini. Menurutnya, Sekolah Rakyat harus didukung dengan sumber daya yang kompeten agar pendidikan yang diberikan berkualitas.
“Jadi dari DTSEN dan Sekolah Rakyat, mungkin kita akan menurunkan pertemuan dengan dinas sosial dan dinas pendidikan di masing-masing kabupaten/ kota untuk SD dan SMP, kemudian dinas pendidikan di provinsi untuk SMA sehingga semua terukur. Kita ini menyiapkan pendidikan generasi emas 2045, pasti ini pendidikan yang harus qualified," kata Khofifah.
Esensi Sekolah Rakyat
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2009-2014 sekaligus Tim Formatur Sekolah Rakyat M Nuh mengatakan bahwa nama Sekolah Rakyat dipilih bukan untuk merendahkan, melainkan untuk menanamkan keberanian dan tekad maju pada anak-anak kurang mampu.
"Jadi dia berani secara clear, (berkata) saya memang miskin tapi saya ingin maju. Jadi dia tidak sembunyi-sembunyi kemiskinannya itu. Memang iya saya miskin, faktanya memang miskin tapi saya ingin maju," kata M Nuh.
Sekolah Rakyat akan mengusung sistem boarding school atau asrama. Pendekatan ini diyakini lebih efektif dalam membangun karakter dan rasa percaya diri dibandingkan sekolah biasa.
Menurut M Nuh, anak-anak miskin kerap mengalami inferiority complex atau rasa rendah diri, yang menghambat mereka berkembang.