CARAPANDANG –  Setiap tanggal 8 Oktober diperingati sebagai Hari Disleksia Sedunia. Peringatan ini bertujuan menghapus stigma serta meningkatkan pemahaman publik tentang pentingnya inklusi dan akses pendidikan bagi penyandang disleksia.

Dilansir dari berbagai sumber, disleksia pertama kali diidentifikasi oleh dokter asal Jerman, Oswald Berkhan, pada akhir abad ke-19. Penelitian lebih lanjut dilakukan Rudolf Berlin pada tahun 1887 yang memperkenalkan istilah “disleksia”.

Disleksia merupakan gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan mengeja. Penderitanya sering kesulitan menghubungkan huruf dengan bunyi dalam kata tertulis.

‎Pemahaman luas tentang gangguan ini berkembang di abad ke-20. Hari Disleksia Sedunia lahir untuk mendukung anak dan dewasa dengan kondisi ini di lingkungan sosial dan pendidikan.

Peringatan Hari Disleksia Sedunia pertama kali diadakan di Inggris pada tahun 2002. Sejak itu, peringatan ini semakin dikenal dan menyebar luas ke seluruh dunia.

Momentum ini juga bertepatan dengan penetapan bulan Oktober sebagai Bulan Kesadaran Disleksia. Tujuannya untuk menumbuhkan empati, pemahaman, serta dukungan bagi penyandang disleksia.

Peringatan ini kemudian diresmikan melalui Deklarasi Hari Disleksia Sedunia pada 8 Oktober. Deklarasi tersebut diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai komitmen global mendukung penderita disleksia.