Meskipun demikian, Macron memintanya tetap melakukan pembicaraan terakhir dengan para pemimpin partai untuk mencari solusi kompromi. Presiden memberi batas waktu hingga, Rabu (8/10/2025) malam, untuk merumuskan dasar kerja sama politik baru.
Di tengah kebuntuan politik ini, Macron menghadapi berbagai opsi sulit. Ia dapat menunjuk kembali Lecornu, memilih perdana menteri teknokrat baru, atau membubarkan parlemen dan menggelar pemilu legislatif baru.
Meski enggan, Macron mulai memberi isyarat bahwa ia dapat mengambil langkah tersebut jika upaya terakhir gagal. Pemimpin Partai National Rally Jordan Bardella juga menuntut pembubaran parlemen, menyerukan agar “rakyat Prancis memilih mayoritas mereka sendiri.”
Krisis politik ini diperparah oleh kondisi ekonomi Prancis yang semakin memburuk. Rasio utang terhadap PDB kini menjadi yang ketiga tertinggi di Uni Eropa, dengan defisit anggaran mendekati 6 persen.