SHARE

Salah seorang warga dilakukan tes usap, karena terjaring tidak menggunakan masker di sebuah warkop di Kota Pontianak. (istimewa)

CARAPANDANG.COM – Data angka kematian karena COVID-19 yang di keluarkan oleh Pemerintah Kota Pontianak dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengalami perbedaan. Terkait hal ini, Anggota DPRD Kota Pontianak, Zulfydar mempertanyakan hal tersebut karena perbedaannya signifikan.

"Ada perbedaan data yang cukup signifikan yang dapat membingungkan masyarakat," ujar Zulfydar di Pontianak, Jumat (23/10/2020).

Ia mencontohkan berdasarkan pemberitaan di media massa, Data Dinkes Kota Pontianak menunjukkan total kasus COVID-19 sudah 500 kasus dengan total pasien meninggal 15 orang.

Namun, data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Kamis tanggal 22 Oktober 2020, angka kematian karena COVID-19 di Provinsi Kalbar sebanyak 10 kasus. "Lebih banyak Kota Pontianak dibanding Provinsi Kalbar," katanya.

Ia menambahkan, secara pribadi berharap angka positif COVID-19 maupun yang menimbulkan kematian baik di Kota Pontianak dan Kalbar khususnya serta Indonesia umumnya, terus mengalami penurunan.

"Tapi, jangan sampai data yang dikeluarkan antar pemerintah berbeda, karena bisa saja menimbulkan persepsi yang berbeda di masyarakat," katanya mengingatkan.

Ia berharap data yang berbeda segera dapat ditelusuri dimana letak penghitungan yang salah agar persepsi itu tidak berkembang dan di kemudian hari tidak saling menyalahkan, karena menyangkut data kematian.

"Yang lebih atau yang kurang datanya, kita berharap segar dapat disesuaikan dengan faktanya," ujar dia.

Ia juga mendukung sejumlah langkah pemerintah serta pihak terkait dalam menekan penyebaran pandemi COVID-19. Namun, pemerintah juga perlu memperhatikan suara masyarakat dari berbagai kalangan agar pandemi ini tidak terus meluas.

"Penerapan protokol kesehatan secara ketat, seperti memakai masker, jaga jarak atau hindari kerumunan, serta mencuci tangan menggunakan sabun, salah satu kuncinya," kata politisi PAN itu.

Sehingga diharapkan, selain mengatasi masalah kesehatan, kebijakan yang diambil juga mampu menjaga ekonomi untuk tetap tumbuh.

Berdasarkan data BNPB, terdapat 42 kasus baru COVID-19 di Kalbar dengan 12 kesembuhan pada tanggal 22 Oktober 2020.

Secara kumulatif, ada 1.497 kasus positif COVID-19 di Kalbar dan 1.267 kasus sembuh, serta 10 kematian.